Jumat, 05 Juli 2013

ILMU BUDAYA DASAR 2 "SUKU KARO"

Suku Karo
             Suku karo adalah merupakan salah satu suku yang ada di Sumatera Utara, suku karo lebih dikenal dengan sebutan batak karo. Suku karo merupakan suku yang terbesar di Sumatera Utara. Suku karo juga dijadikan salah satu nama kabupaten yang terletak didataran tinggi karo yaitu kabupaten karo. Suku karo juga mempunyai bahasa daerah sendiri yaitu bahasa karo. Kabupaten karo teletak didataran tinggi tanah karo yang terdiri dari beberapa wilayah yaitu kabanjahe, dan brastagi. Tanah karo ini diapit oleh dua gunung aktif yaitu gunung sibayak dan gunung sinabung. Masyarakat suku karo banyak yang mendiami di dataran tinggi karo, suku karo juga sangat menjaga kebudayaan adat istiadat mereka.

Sistem kekerabatan 
              Suku Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau adat yang dikenal dengan nama merga silima, tutur siwaluh, dan rakut sitelu. Marga disebut untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan yang disebut beru. Marga atau beru ini dipakai di belakang nama seseorang. Marga dalam masyarakat Karo terdiri dari lima kelompok. 
1. Karo-karo : Barus, Bukit, Gurusinga, Kaban, Kacaribu, Surbakti, Sinulingga, Sitepu dll (Jumlah = 18) 
2. Tarigan : Bondong, Ganagana, Gerneng, Purba, Sibero dll (Jumlah = 13) 
3. Ginting: Munthe, Saragih, Suka, Ajartambun, Jadibata, Manik, dll (Jumlah = 16)
 4. Sembiring: Sembiring si banci man biang (sembiring yang boleh makan anjing): Keloko, Sinulaki, Kembaren, Sinupayung (Jumlah = 4); Sembiring simantangken biang (sembiring yang tidak boleh makan Anjing): Brahmana, Depari, Meliala, Pelawi dll (Jumlah = 15) 
5. Perangin-angin: Bangun, Kacinambun, Perbesi,Sebayang, Pinem, Sinurat dll (Jumlah = 18)
Total semua submarga adalah = 84
Sistem Kekerabatan pada masyarakat karo atau yang lebih dikenal dengan tutur siwaluh terdiri dari 8 (delapan) golongan terdiri dari : puang kalimbubu, kalimbubu, senina, sembuyak, senina sipemeren, senina sedalanen, anak beru, dan anak beru menteri. Penjelasan dari system kekerabatan akan dijelaskan dibawah ini. 

1. kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu seseorang
2.Kalimbubu adalah yaitu kelompok pemberiisteri kepada kelompok tertentu yang dianggap sebagai kelompok pemberi istri adal dari keluarga tersebut. Misalnya A bermerga Sembiring bere-bere Tarigan, maka Tarigan adalah kalimbubu Si A. Jika A mempunyai anak, maka merga Tarigan adalah kalimbubu bena-bena/kalimbubu tua dari anak A. 
3. Senina, yaitu mereka yang bersadara karena mempunyai merga dan submerga yang sama. 
4. Sembuyak, secara harfiah se artinya satu dan mbuyak artinya kandungan, jadi artinya adalah orang-orang yang lahir dari kandungan atau rahim yang sama. Namun dalam masyarakat Karo istilah ini digunakan untuk senina yang berlainan submarga juga, dalam bahasa Karo disebut sindauh ipedeher (yang jauh menjadi dekat). 
5. Sipemeren, yaitu orang-orang yang ibu-ibu mereka bersaudara kandung. Bagian ini didukung lagi oleh pihak siparibanen, yaitu orang-orang yang mempunyai istri yang bersaudara. 
6. Senina Sepengalon atau Sendalanen, yaitu orang yang bersaudara karena mempunyai anak-anak yang memperistri dari beru yang sama. 
7. Anak beru, berarti pihak yang mengambil istri dari suatu keluarga tertentu untuk diperistri. Anak beru dapat terjadi secara langsung karena mengawini wanita keluarga tertentu, dan secara tidak langsung melalui perantaraan orang lain. 
8. Anak beru menteri, yaitu anak berunya anak beru. Asal kata menteri adalah dari kata minteri yang berarti meluruskan. Jadi anak beru minteri mempunyai pengertian yang lebih luas sebagai petunjuk, mengawasi serta membantu tugas kalimbubunya dalam suatu kewajiban dalam upacara adat.
Kegiatan Budaya 
-Merdang merdem = "kerja tahun" yang disertai "Gendang guro-guro aron", yaitu acara yang rutin dilaksanakan setiap tahun karena telah selesainya dalam penanaman padi dan mensyukuri nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa. 
-Mahpah = "kerja tahun" yang disertai "Gendang guro-guro aron", yaitu acara yang yang rutin di selenggarakan setiap tahun yaitu menjelangnya tanaman padi yang sudah mau panen atau padi yang sudah menguning.  
-Mengket Rumah Mbaru - Pesta memasuki rumah (adat - ibadat) baru, Yaitu Pesta untuk memasuki rumah baru atau yang berartikan seperti syukuran.
-Mbesur-mbesuri - "Ngerires" - membuat lemang waktu padi mulai bunting, yaitu acara adat pada saat masa usia padi mendekati masa panen yang dinyatakan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. 
-Ndilo Udan - memanggil hujan, Yaitu adat untuk memanggil hujan yang di karenakan pada saat musim tanam nandur dan mulai berkebun jarangnya turun hujan yang dapat menghambat produksi pertanian dan perkebunan mereka atau akan gagal panen. 
-Ngaloken Cincin Upah Tendi - Upacara keluarga pemberian cincin permintaan dari tantenya ke keponakannya, yaitu pemberian cincin secara turun-menurun. 
-Ngumbung - hari jeda "aron" (kumpulan pekerja di desa), merupakan kegiatan acara perkumpulan pekerja di desa untuk menjaga tali silaturhaminya para pekerja yang ada di desa tersebut.

Perekonomian
        Sistem perekonomian pada masyarakat suku karo sebagian besar terdiri dari hasil pertanian, perkebunan. Hasil pertanian terdiri dari sayur-mayur, dan padi dan juga hasil perkebunan terdiri dari perkebunan kopi, durian, perkebunan jeruk dan perkebunan bunga. Dari hasil pertanian dan perkebunan mereka 40% di gunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri dan 60% nya dijual ke kota-kota seperti kabanjahe, brastagi, pematang siantar, kota medan, dan lain-lain. Suku karo menghasilkan uang dari bertani atau berkebun tetapi mereka sanggup menyekolahkan anak-anak mereka sampai jenjang kuliah maupun didalam negeri atau diluar negeri.